Salam dan bahagia,
Pada artikel ini Penulis akan merefleksikan pengalaman penulis mempelajari modul 2.2 tentang pembelajaran sosial dan emosional dan hubungannya dengan peran penulis sebagai pendidik pada modul 1.2
Ada 2 pertanyaan pemantik yang membantu kita merefleksikan hubungan antara kompetensi sosial dan emosional yang kita miliki dengan peran kita sebagai pendidik dan proses belajar anak , yaitu :
- Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di kelas karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid.
- Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan, pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.
Berdasarkan modul 1.1 mengenai pemikiran Bapak Kihajar Dewantara, Pendidik adalah penuntun segala kodrat yang ada pada anak - anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi - tingginya. Dari pemikiran KHD tersebut Penulis bisa menangkap pelajaran bahwasanya guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menumbuhkan motivasi positif dalam mengundang perhatian siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar secara bermakna dan holistik.
Kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembangnya murid secara holistik didasari teori kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Daniel Goleman , yaitu CASEL ( colaborative for academic,sosial, dan emotional learning, sebagai konsep dari PSE (pembelajaran sosial dan emosional)
Pembelajaran sosial dan emosional berdasarkan gambar diatas urgensinya adalah : peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang positif, peningkatan sikap positif murid baik untuk dirinya, orang lain dan masyarakat.
PSE memberikan kesejahteraan psikologis ( well- being ) kepada kita guru maupun kepada murid.
Well- being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap positif terhadap dirinya dan orang lain, dapat membuat keputusan , mengatur tingkah lakunya sendiri, memenuhi kebutuhan dirinya dengan mengelola lingkungannya dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna. dan berusaha mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya.
sedangkan well- being kepada murid adalah keadaan emosional yang berkelanjutan dengan suasana hati yang positif, relasi yang baik sesama murid, guru, reliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasaan yang tinggi terhadap pengalaman belajarnya disekolah.
Sebelum Penulis mempelajari modul 2.2 Penulis berpikir bahwasanya dalam proses pembelajaran yang paling penting adalah bagaimana menanamkan pemahaman terhadap materi pelajaran dengan rancangan pembelajaran yang mendukung kreatifitas siswa agar anak mencapai nilai yang tinggi. Selain berpusat kepada kompetensi kognitif siswa, Penulis pun mengintegrasikan karakter yang diharapkan seperti mandiri, inovatif.
Sehingga anak pun berlomba untuk mencapai nilai yang tinggi tanpa memaknai dalam kehidupan konstektualnya , karena Penulis menyadari sekali tujuan pembelajaran hanya sebatas kognitif.
Setelah mempelajari modul 2.2 tentang pembelajaran emosi dan sosial Penulis menyadari ternyata pelu adanya pembelajaran sosial emosi yang dirancang dan di implementasikan dalam pembelajaran tidak hanya sebatas kognitif saja. dengan PSE terciptalah lingkungan belajar positif dan toleransi murid terhadap dirinya maupun orang lain. bahkan dengan PSE mampu meningkatkan akademik karena terbentuknya 5 kse dalam dirinya, yang mendorong keberhasilan siswa itu sendiri seperti kesadaran diri, manajemen diri, memiliki empati sosial, bisa bekerjasama dengan orang lain atau mampu berelasi. Sedini mungkin siswa diajarkan bagaimana memutuskan suatu pilihan yang positif dan bertanggung jawab bagi dirinya maupun orang lain.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang nyaman untuk memfasilitasi semua individu agar dapat mengembangkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis atau Well- being. 3 hal yang mendasar yang Penulis pelajari adalah :
- Bagaimana meningkatkan 5 KSE , kompetensi sosial, dan emosional dalam kepribadian siswa
- menciptakan lingkungan belajar yang positif
- Peningkatan sikap positif dan tolerasnsi pada diri siswa, orang lain dan lingkungan sekolah
Dengan memahami 3 hal diatas Penulis berharap mampu membentuk generasi berkarakter positif yang tidak hanya mampu dalam akademik tapi cerdas dalam mengendalikan emosi, menetapkan tujuan , serta mampu bersosialisasi. Dengan demikian diharapkan ia akan selamat dan mencapai kebahagiaan setingi- tingginya.
Untuk memahami lebih jelas dari ke 3 poin diatas mari kita simak ulasannya dibawah ini. Kita mulai dari mengenali apa itu pembelajaran sosial, dan emosi dan bagaimana mengimplementasikannya dalam pembelajaran.
A. Pengertian Pembelajaran Sosial Emosional
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Konsep PSE berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian ini, bertujuan untuk mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah, agar dapat:
- Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
- Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
- Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
- Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
- Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Gambar 2 diatas menjelaskan kerangka sistematis dan kolaboratif pembelajaran kompetensi sosial dan emosional CASEL:- Penciptaan lingkungan belajar yang tepat serta terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid
- Kemitraan/kerjasama sekolah-keluarga-komunitas untuk membentuk lingkungan belajar dan pengalaman yang bercirikan hubungan/relasi yang saling mempercayai dan berkolaborasi
- Kurikulum dan pembelajaran yang jelas dan bermakna, dan evaluasi secara berkala.
A. Kerangka Kompetensi sosial emosional ( casel)
- Kesadaran diri, kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
Contohnya : - Dapat menggabungkan identitas pribadi dan identitas sosial
- Mengidentifikasi kekuatan/aset diri dan budaya
- Mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri
- Menunjukkan integritas dan kejujuran
- Dapat menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai
- Menguji dan mempertimbangkan prasangka dan bias
- Memupuk efikasi diri
- Memiliki pola pikir bertumbuh
- Mengembangkan minat dan menetapkan arah tujuan hidup
2. Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.
Contohnya : Mengelola emosi diri, Mengidentifikasi dan menggunakan strategi-strategi pengelolaan stres, Menunjukkan disiplin dan motivasi diri, dan lainnya.
3. Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda. Contohnya mempertimbangkan perasaan orang lain, mengakui kemampuan orang lain, empati, , bersyukur, memahami norma sosial
4. Keterampialn berelasi : kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif. Contohnya berkomunikasi dengan efektif, mengembangkan relasi , mampu bekerjasama dengan tim, berkolaborasi , berjiwa pemimpin, suka menolong, turut membela hak- hak orang lain.
5. Pengambilan keputusan bertanggung jawab : kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.
Contohnya , menunjukan rasa ingin tahu, berlatih membuat keputusan masuk akal, merefleksikan peran seseorang dalam kesejahteraan psikologis dan lainnya.
Kesadaran penuh atau mindfulness merupakan dasar dari 5 KSE. Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. Dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun ditumbuhkan. Praktik kesadaran penuh ini bisa dilaksanakan dengan melatih pernafasan dengan teknik STOP, teknik relaxing dengan mengatur pernafasan. dengan teknik ini kita bisa mengelola dan mengendalikan emosi diri dan mengarahkan masalah kearah positif. Teknik mindfulness bisa disesuaikan dengan hobi seperti dengan musik, menggambarkan isi hati, dan lainnya.
Dari 5 KSE ini sangat selaras dengan 6 dimensi profil pelajar Pancasila. Contohnya saja ketika seorang siswa kita minta mengeluarkan ide memberikan pendapat nya terhadap sebuah masalah maka akan menimbulkan dimensi kreatif, mandiri dan inovatif. Pada saat itu siswa akan menerapkan kesadaran diri dan manajemen dirinya.
Bentuk implementasi PSE di kelas bisa dalam pengajaran eksplisit, secara khusus murid memiliki kesempatan untuk menumbuhkan , melatih, merefleksikan kompetensi sosial dan emosional yang sesuai dengan budaya yang ada. Pembelajaran akademik yang terintegrasi KSE, pelibatan murid sebagai pemimpin, pemecah masalah, dan pembuat keputusan.
Sedangkan implementasi PSE dilingkungan sekolah dengan menciptakan lingkungan belajar diseluruh kelas di sekolah yang mendukung pengembangan kompetensi sosial, dan emosional, renspotif budaya , dan berfokus kepada upaya membangun hubungan komunitas.
Implementasi di lingkungan keluarga , seperti melibatkan kemitraan dengan orang tua untuk berkolaborasi dalam perkembangan sosial, emosional, akademik siswa, kemitraan dengan komunitas masyarakat dalam mengupayakan KSE diluar sekolah.
implementasi diatas sangat terkait dengan pemahaman Penulis Pada modul 1.1 Pemikiran bapak Kihajar Dewantara tentang prinsip pendidikan Tri sentra, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat.
4 indikator PSE disekolah adalah : Pengajaran eksplisit, integrasi praktek mengajar gurudan kurikulum, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, penguatan KSE Pendidik dan tenaga kependikan PTK di sekolah
B. Menciptakan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah
Upaya menciptakan iklim sekolah salah satunya melalui praktik guru dan gaya interaksi dengan murid atau dengan menyesuaikan peraturan sekolah. Hal ini sesuai dengan modul 1.4 mengenai keyakinan kelas dan peraturan sekolah. dimana lingkungan harus mempreoritaskan kualitas relasi antar guru, murid dengan sikap saling percaya, yang nantinya berdampak pada ketertarikan siswa dalam keterlibatannya dalam pembelajaran. Lingkungan sekolah juga membengun persepsi setiap orang memiliki potensi berbeda , dan orang lain adalah mitra bukan saingan. Sehingga tercipta suasana produktif, saling suport untuk pengembangan diri.
C. Penguatan KSE bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan:
1. memodelkan diri menjadi teladan, contoh menerapkan KSE dalam peran dan tugax, budaya mengapresiasi
2. Belajar, contohnya merefleksikan KSE, berkolaborasi, mengembangkan pola pikir bertumbuh, meluangkan waktu untuk self care atau perawatan diri, dan lainnya
3. Berkolaborasi, contohnya membuat kesepakatan bersama, membuat komunitas belajar profesional, mentoring, pengintegrasian KSE dalam rapat
Berkaitan dengan hal yang telah Penulis pelajari dari modul 2.2 ini . Penulis ingin sekali menerapkannya kesiswa dan rekan sejawat. Kepada siswa yaitu pembelajaran yang mengimplementasikan PSE kedalam pembelajaran akademik dikelas tentunya menciptakan kondisi kelas yang mendukung ketertarikan belajar dalam kesejahteraan psikologis atau well- being . Melaksanakan pengajara eksplisit yang memberikan kesempatan murid Penulis untuk tumbuh, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosionalnya yang selaras dengan budaya dan Penulis akan melibatkan seluruh warga sekolah menghormati, meningkatkan perspektif dan pengalaman murid dan berkolaborasi dengan keluarga maupun komunitas dalam upaya mendukung perkembangan sosial emosional dan akademik siswa.
Sedangkan kepada Rekan di sekolah dalam mewujudkan penguatan KSE, Penulis akan berupaya menjadi sosok Pendidik yang memberikan teladan dengan menerapkan KSE dalam tugas dan peran, menciptakan budaya mengapresiasi, berkolaborasi di tempat kerja, Mempelajari kemungkinan adanya bias terkait dengan literasi budaya, Mengembangkan pola pikir bertumbuh, Memahami tahapan perkembangan murid, Meluangkan waktu untuk melakukan self-care (perawatan diri) , Mengagendakan sesi berbagi praktik baik. Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah
Penulis bisa menarik Kesimpulan dari Modul 2.2 ini terhadap pengetahuan, keterampilan , sikap Penulis sebagai pemimpin pembelajaran yaitu Penulis sekarang memahami bahwasanya sebagai pendidik dalam menuntun kodrat yang pada anak tidak hanya memfokuskan kepada kemampuan pengetahuan saja tapi bagaimana kita menumbuhkan motivasi dan membentuk kecerdasan emosional, dan sosial anak agar murid menjadi well-being sehingga ia akan memiliki pondasi yang kuat dalam kepribadiannya agar dapat sukses baik di akademik maupun dalam kehidupan sosial. Merancang pengalaman belajar yang dapat mengundang dan bermakna seperti pembelajaran holistik yang bisa mengekplore dan mengaktualisasi semua potensi siswa sehingga ia mencapai keselamatan dan kebahagiaan . Untuk menciptakan kondisi yang nyaman bagi anak didik selain berkolaborasi dengan semua pihak tentunya perlu sekali menerapkan 5 KSE dalam diri penulis kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, hubungan relasi yang baik dan mampu memilih keputusan yang bertanggung jawab dengan kesadaran penuh atau midfulness. menerapkan teknik STOP bagi Penulis sendiri maupun bagi siswa dan rekan disekolah. Selain itu perlunya mengimbaskan kepada rekan bagaimana penguatan PSE seperti teladan, belajar dan berkolaborasi.
Modul 2.2 ini sangat erat kaitannya dengan pemahaman Penulis dengan modul pendidikan guru penggerak sebelumnya seperti modul 1.1 mengenai Pemikiran Bapak Kihajar Dewantara tentang Pendidik adalah penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pemikiran KHD tersebut mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Kita merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya). Pembelajaran holistik yang memberikan mereka pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. selain itu menurut KHD dalam filososi pendidikan, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang berarti bahwasanya guru harus menjadi teladan bagi siswanya dengan yang mampu mengendalikan diri, memanajemen dirinya dalam kondisi mindfullness sehingga ia akan bisa memahami kondisi emosional siswanya , menghadapi masalah dikelas dengan bijaksana dan empati. menjadi pemotivasi bagi siswanya untuk mengembangkan semua potensinya dan menuntun siswanya dalam suasana yang mendukung well-being yang diharapkan akan menimbulkan kesejahteraan psikologis bagi anak didiknya.
Selanjutnya terkait juga pada modul 1.2 tentang peran seorang guru. Maka tentunya Penulis akan menjadi pendidik yang harus berpusat kepada siswa , mampu berkolaborasi dan menjalin hubungan relasi yang baik.Bisa memunculkan pribadi sebagai teladan .Selain itu mampu menerapkan 5 kompetensi kecerdasan emosi dan sosial dalam dirinya baik kepada siswa maupun kepada rekannya disekolah
Penulis pun melihat ada keterkaitan juga dengan modul 1.4 menciptakan budaya positif . Salah satu penerapan pembelajaran emosi, dan sosial disekolah adalah mengintegrasikan 5 KSE . Selain itu berupa menciptakan kondisi sekolah yang mendukung ketertarikan dan motivasi siswa belajar. Ini sangat selaras dengan menciptakan budaya positif yang salah satunya dengan membentuk keyakinan kelas . Suasana yang mendukung siswa dalam mengembangkan potensinya. Semua pihak saling bekerjasama, mendukung tanpa merasa bersaing.
Terakhir penulis berpesan bagi kita semua Pendidik . Marilah kita mewujudkan 5 KSE dalam diri kita lalu mengintegrasikan nya kepada siswa kita dan saling bekolaborasi dengan baik agar siswa kita bisa sejahtera psikologisnya , bahagia, dan mampu berkembang seoptimal mungkin.
Salam dan bahagia
Wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh
referensi : kementrian pendidikan dan kebudayaan ,guru penggerak(2020)
Penulis : Yumelta Novita,S.Pd
CGP angkatan 6 Kabupaten Dharmasraya
0 Komentar